Steve Jobs tak punya rumah
saat kuliah. Ia bahkan mengembalikan botol cola untuk menambah biaya. (JUSTIN
SULLIVAN / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / AFP)
Liputan6.com, Jakarta - Apple yang didirikan Steve Jobs sedang dalam
masa kejayaan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa setiap kali Apple mengeluarkan
perangkat baru, pasti banyak vendor yang langsung ikut meniru.
Banyak orang yang mengagumi Jobs sebagai sumber semangat untuk melakukan
inovasi. Tentu inovasi itu penting, tapi ternyata setelah melakukan inovasi,
Jobs memiliki kunci lain, yaitu kesabaran.
Dilansir Forbes, Senin (11/9/2018), Howard Yu,
seorang penulis dan profesor manajemen dan inovasi dari Sekolah Bisnis IMD,
menjabarkan kebijaksanaan dan kesabaran Jobs dalam memperhatikan
kondisi sebelum mengambil langkah.
Ternyata, salah satunya adalah kesabaran menunggu saat yang tepat. Hal ini
tercermin lewat kutipan Jobs berikut ini.
"Gelombang-gelombang teknologi ini, kamu bisa melihat mereka sebelum
kedatangannya, dan kamu harus memilih dengan bijak ke mana kamu mau
berselancar. Bila kamu memilih dengan tidak bijak, kamu akan buang-buang
tenaga, tapi bila kamu memilih dengan bijak, maka yang selanjutnya terjadi akan
cukup lambat. Butuh bertahun-tahun."
Yu menjelaskan bahwa ucapan Steve Jobs tersebut mengarah pada
fakta ia menunggu sampai dua tahun sebelum menemukan kesempatan untuk meluncurkan iPod ke pasaran.
"Pihak-pihak lain langsung terjun dan merilis MP3 Player mereka, tapi gagal,"
jelas Yu.
Ia menjelaskan kegagalan produk lain sebelum iPod dikarenakan pada saat
itu broadband internet masih
lambat, sehingga pengguna MP3 Player jadi ikut kesulitan melakukan download lagu.
"Jobs menunggu dulu sampai terjadi peningkatan kualitas broadband yang akhirnya terjadi," tandasnya.
Lewat pengalaman Steve Jobs, Yu menjelaskan butuhnya disiplin dalam
menunggu dan tekad untuk terus maju, karena dua hal itu dapat menghasilkan
kepemimpinan yang efektif.
Nasihat Steve Jobs
yang Bisa Diikuti Anak Muda
Steve Jobs (iStockPhoto)
Hampir tujuh tahun setelah kematiannya, Steve Jobs tetap punya pengaruh di
industri teknologi.
Pada 12 Juni 2005, Steve Jobs datang ke Universitas Stanford
di California untuk memberikan pidato bagi para wisudawan.
Di sana, dengan gaya monoton, sang pendiri Apple menyampaikan kisahnya pada
seluruh dunia. Berikut rangkuman pesan-pesan dari pidato Steve Jobs di
Universitas Stanford.
1. Genggam Erat Kepercayaan, Bukan Rasa Takut
Di awal pidatonya, Steve Jobs menekankan betapa pentingnya mengikuti kata
hati, walau pada saat itu mungkin masih tidak jelas hati kita akan membawa kita
ke mana.
Semasa muda, Jobs tidak suka dengan mata kuliah wajib yang ia harus ikuti,
akhirnya ia memilih keluar saja agar bisa belajar hal-hal yang disukai. Ia
malah memutuskan ikut kelas kaligrafi semata-mata karena suka
keindahannya, padahal ia sadar kelas kaligrafi tidaklah praktis sebagai
bekal karir.
Berkat kelas kaligrafi yang awalnya terkesan tidak berguna, Jobs jadi paham
cara mengatur fonts dan tipografi komputer yang indah.
Jobs mengatakan, "Kau harus percaya bahwa titik-titik (dalam hidup)
pasti akan terhubung di masa depan. Kau harus percaya pada sesuatu, dorongan
hati, takdir, kehidupan, karma, apapun. Cara ini tidak pernah mengecewakanku,
dan telah membuat banyak perbedaan dalam hidup saya."
2. Kegagalan Hanyalah Awal yang Bar
Pada usia 20 tahun, Jobs dan sahabatnya Steve Wozniak memulai Apple di
garasi orang tua Jobs.
Dimulai kerja di garasi, mereka membangun perusahaan yang pada akhirnya
senilai 2 triliun dolar serta mempekerjakan 4.000 karyawan.
Kemudian Steve Jobs dipecat. Saat itu ia menginjak usia 30 tahun. Ia
dipecat karena jajaran eksekutif di Apple tidak setuju pada Jobs, dan
lebih membela orang lain yang justru Jobs pekerjakan. 10 tahun usaha pun hilang
begitu saja dan ia memutuskan untuk memulai kembali dari nol.
Setelahnya, mendirikan perusahaan bernama NeXT dan ia membeli perusahaan
bernama Graphics Group.
NeXT ternyata sukses besar, lalu Apple membeli NeXT, akibatnya Jobs kembali
lagi sebagai petinggi Apple.
Bagaimana dengan Graphics Group? Mungkin tidak ada yang akrab dengan nama
tersebut. Tapi apa kamu pernah menonton Toy Story? Finding
Nemo? Up? Atau Coco? Ya, itulah film-film besutan Graphics Group,
yang sekarang bernama Pixar.
Kegagalan Steve Jobs di usianya yang kepala tiga berubah menjadi kesuksesan
karena ia memilih terus mencintai pekerjaannya ketimbang menyerah.
3. Ingat Kematian
Setahun sebelum memberikan pidato di Stanford, Jobs didiagnosis kanker.
Kata, dokter ia hanya dapat hidup maksimal enam bulan (Jobs
meninggal sekitar enam tahun kemudian pada Oktober 2011).
"Tidak ada yang ingin mati. Bahkan orang-orang yang mau pergi ke surga
tidak mau mati untuk sampai ke sana," ujar Jobs dalam pidatonya.
Meski begitu, Jobs tidak takut. Ia malah mengatakan bahwa kematian adalah
hal yang baik.
Dengan ingat mati, Jobs menjadi tidak takut kehilangan. Dan hal itu membuat
berani terus mengikuti kata hatinya dan tidak gampang terpengaruhi hal-hal
eksternal yang tidak penting.
Jangan Tenggelam dalam
Opini Orang Lain
Steve Jobs (macrumors.com)
Dan inilah petuah terbaik dari Steve Jobs untuk mereka yang masih ragu
mengejar impiannya.
Meski Jobs sudah meninggal, nasihatnya ini akan terus menggema di seluruh
dunia.
"Waktumu
terbatas, jadi jangan menyia-nyiakannya untuk hidup di kehidupan orang lain.
Jangan sampai terjebak dogma, yang merupakan hasil dari hidup di dalam
pemikiran orang lain. Jangan membiarkan berisiknya opini orang lain
menenggelamkan suara hatimu. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk
mengikuti hati dan intuisimu. Kedua hal itu sudah tahu apa sesungguhnya
cita-citamu."