iklan banner

Facebook Tak Dianggap lagi Jadi Tempat Kerja Favorit

Facebook Tak Dianggap lagi Jadi Tempat Kerja FavoritLogo Facebook. ©2012 Facebook
Tagarpedia - Harus diakui, 2018 menjadi tahun berat bagi Facebook. Pasalnya, rentetan kasus yang menimpa raksasa media sosial ini seolah tak berhenti, sebut saja yang paling besar: skandal penyalahgunaan data pengguna yang juga melibatkan Cambridge Analytica.
Sebagai dampak dari kasus tersebut, Facebook kini harus menerima kenyataan kalau mereka harus menerima sentimen negatif dari publik. Salah satu konsekuensi logis yang dialami adalah Facebook kini tak lagi lagi memuncaki daftar perusahaan terbaik versi Glassdoor 2019.
Dilansir Ubergizmo via Liputan6.com pada Senin (10/12), skor Facebook sendiri dari 4,6 ke 4,5 dalam skala 5.
Kini, perusahaan menduduki peringkat ketujuh perusahaan dengan tempat kerja terbaik. Sebagai gantinya, posisi teratas diduduki oleh perusahaan Zoom Video Communications.
Pihak Glassdoor mengungkap, ranking tersebut didasarkan dari delapan faktor utama survei karyawan, yang mana meliputi kompensasi dan benefit, manajemen senior, serta keseimbangan kerja dan hidup (work and life balance).
Tak cuma itu, tingkat kepuasan karyawan Facebook juga turun dari 4,6 pada kuartal pertama 2018 ke 4,3 pada kuartal keempat 2018. Penurunan ini merupakan yang pertama kali sejak 2015.
Kepada Glassdoor, karyawan Facebook pun mengeluarkan uneg-unegnya kalau seharusnya perusahaan mereka bisa menata ulang struktur internal serta mengimbau para eksekutif untuk lebih transparan dalam memimpin.
Facebook ternyata bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang turun dalam daftar ini. Google pun terjun bebas menuruni tiga peringkat. Facebook selama ini terkenal jadi salah satu perusahaan yang menjunjung tinggi keberagaman.
Namun, baru-baru ini perusahaan besutan Mark Zuckerberg ini justru dituding telah rasis ke karyawan kulit hitam mereka. Hal ini dikisahkan oleh seorang mantan Strategic Partner Manajer di Facebook yang bernama Mark S Luckie.
Dalam suratnya, Luckie menyebut, Facebook telah gagal menghadirkan lingkungan kerja nyaman bagi karyawan-karyawan kulit hitam. Bahkan, para karyawan kulit hitam merasa didiskriminasi di lingkungan kerja mereka sendiri.
Mengutip The Guardian, Rabu (28/11), Luckie menjelaskan tentang rasisme dan perlakuan diskriminatif yang dialami para karyawan kulit hitam di Facebook.
"Di beberapa gedung, ada lebih banyak poster berisi tulisan 'Black Lives Matter' ketimbang jumlah karyawan kulit hitam itu sendiri," tulis Luckie dalam suratnya.
Tidak berhenti di situ, karyawan kulit hitam juga kerap didekati oleh pihak keamanan kantor.
"Karyawan kulit hitam juga kerap menghadapi komentar bernada diskriminatif dari para manajer, dilarang berpartisipasi dalam kelompok, dan tak mendapatkan solusi apa-apa saat mereka mengadu ke bagian SDM," tulisnya.
"Saya merasakan keanehan di tempat kerja saya sendiri gara-gara masalah warna kulit. Misalnya saat melewati poster-poster yang mengingatkan untuk jadi diri Anda sendiri, tetapi justru tidak terasa tulus," tuturnya.
Sekadar informasi, di Facebook, ada sekitar empat persen pegawai kulit hitam. Pengunduran diri Luckie dari Facebook dilakukannya setelah perusahaan menghadapi sejumlah skandal, termasuk penyalahgunaan data, dan campur tangan Rusia dalam pilpres AS.
Sumber: Liputan6.com